Tuesday, December 6, 2011

FEDEP kota Magelang

 FEDEP KOTA MAGELANG MENJADI FPESD KOTA MAGELANG

FEDEP Kota Magelang atau jika kita sebut Forum for Economic Development and Employment Promotion telah berdiri sejak tahun 2006 atas dasar Keputusan Walikota Magelang Nomor 500/31.a/112-310 tahun 2006 tanggal 12 September 2006. FEDEP Kota Magelang merupakan forum kemitraan yang terlembaga bagi para pelaku ekonomi baik pemerintah, swasta maupun individu (umkm) didaerah yang bertujuan mempercepat pembangunan ekonomi melalui usaha-usaha/kegiatan bersama.FEDEP Kota Magelang merupakan perpanjangan tangan dari Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya (FPESD) Provinsi Jawa Tengah yang berada di bawah naungan Badan Penanaman Modal Daerah dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah.
Dalam aktivitasnya FEDEP Kota Magelang sangat fokus dalam mendorong perkembangan ekonomi lokal Kota Magelang, terutama yang menyangkut usaha mikro kecil dan menengah (umkm). Beberapa kegiatan yang telah dilakukan FEDEP Kota Magelang dalam rangka mewadahi pengembangan umkm antara lain Magelang Expo tahun 2009, Festival Kuliner tahun 2010, dalam hal kebijakan pembangunan Kota Magelang FEDEP juga berperan dan terlibat dalam mendorong terbangunnya tempat pemasaran bersama 'Showroom Mudalrejo' yang telah diresmikan dengan acara 'Lounching Showroom Mudalrejo & Website FEDEP Kota Magelang.
Namun dalam perkembanganya masih banyak masyarakat, baik pelaku ekonomi maupun awam, yang belum tahu dan paham tentang FEDEP Kota Magelang. Dari beberapa masukan disimpulkan salah satunya disebabkan oleh istilah FEDEP sendiri yang kurang membumi, atau sebagian orang mengatakan istilah FEDEP itu tidak 'NJAWANI'.
Informasi tersebut lalu disampaikan dan dibahas dalam acara koordinasi FEDEP tingkat provinsi Jawa Tengah yang diselenggarakan pada tanggal 13 oktober 2011 di ruang sidang Bappeda Provinsi Jawa Tengah. Alhasil disepakati untuk mengganti nama FEDEP dengan istilah yang lebih familier. Namun pada kesempatan ini belum muncul istilah baru sebagai usulan pengganti nama FEDEP, sebaliknya untuk pencarian istilah baru tersebut diserahkan kepada tim perumus dari provinsi Jawa Tengah.
Pada kesempatan lain dalam acara Focus Group Discussion Pengembangan Ekonomi Lokal (FGD-PEL) oleh Tim Provinsi Jawa Tengah, yang terdiri dari Bappeda Jateng, BPMD Jateng, FPESD Jateng, Disperindag Jateng dan TAR PEL, yang diselenggarakan di Kota Magelang tepatnya di aula Bappeda Kota Magelang, disampaikan himbauan agar istilah FEDEP diganti dengan nama FPESD Kabupaten/Kota sesuai nama daerah masing-masing agar selaras dengan FPESD Provinsi Jawa Tengah. Sebagai contoh FEDEP Kota Magelang Adapun namanya diganti menjadi FPESD Kota Magelang. Adapun peran dan fungsi FPESD Kota Magelang sama dengan FEDEP Kota Magelang.
Dengan adannya pergantian sebutan ini diharapkan FPESD Kota Magelang lebih mudah dimengerti makna dan fungsinya cukup dengan mengetahui namanya.

lahar dingin di magelang

 Banjir Lahar Dingin di Magelang Rusak Perkebunan Salak

MAGELANG--MICOM: Ribuan batang tanaman salak di wilayah Magelang, Jawa Tengah rusa akibaat diterjang banjir lahar dingin Gunung Merapi. Tanaman salak itu terdapat bagian hulu sungai yang baru mulai bersemi pasca terkena abu erupsi gunung itu.

Tanaman salak yang rusak antara lain berada di Desa Kamongan dan Kemiren, Kecamatan Srumbung. Lahan pertanian salak di dua desa ini hanyut tergerus dan tertimbun material pasir dan batu.

"Banjir lahar dingin di Sungai Bebeng menerjang lahan pertanian tanaman salak seluas dua hektare dimana terdapat lima ribuan batang tanaman hingga hancur. Kondisi tanaman sudah tidak bisa diselamatkan lagi," kata Kepala Dusun Nganggrung, Desa Kamongan, Nurudin Hidayat, Senin (5/12).

Kaur Keuangan Desa Kamongan Juwari menambahkan sebelumnya penahan banjir dam jebol. Kondisi dam juga penuh oleh material. Karenanya  saat banjir lahar material pasir dan bebatuan melimpas menimbun tanaman salak.

"Dam belum diperbaiki kerusakannya meski sudah terjadi sejak awal-awal terjadi banjir lahar dingin. Saat banjir lahar baru-baru ini, lahan salak kembali kena lahar sehingga makin memperparah kerusakan," ujarnya. (TS/OL-04)

asal usul magelang

Sejarah

Hari Jadi Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang  bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta.
Kota Magelang mengawali sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang. Mantyasih sendiri memiliki arti beriman dalam Cinta Kasih. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau Perdikan. Untuk menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang digunakan adalah Prasasti POH, Prasasti GILIKAN dan Prasasti MANTYASIH. Ketiganya merupakan parsasti yang ditulis diatas lempengan tembaga.
Parsasti POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja  Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh, sedangkan Glangglang berubah menjadi Magelang.
Dalam Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung SUSUNDARA dan WUKIR SUMBING yang kini dikenal dengan Gunung SINDORO dan Gunung SUMBING.
Begitulah Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi Ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi Ibukota Kabupaten Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan kemudian kotamadya dan di era reformasi, sejalan dengan pemberian otonomi seluas - luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan diganti menjadi kota.
Ketika Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun, bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada tahun 1818.
Setelah pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun 1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan - jalan arteri diperkeras dan diaspal.

museum Diponegoro

Museum Diponegoro


Pangeran Diponegoro adalah salah satu seorang pahlawan Nasional yang mempunyai latar belakang sejarah yang cukup heroik. Beliau adalah seorang pimpinan yang bersifat tegas menghadapi Belanda baik fisik maupun diplomasi, sehingga Belanda pada waktu itu selalu banyak mengalami kegagalan. Namun dengan kelicikan Belanda yang dipimpin oleh Jenderal De Kock, Pangeran Diponegoro diajak berunding yang berakhir dengan penangkapan dirinya. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20 Oktober 1830, di tempat kediaman rumah dinas Karesidenan Kedu. Pangeran Diponegoro merupakan Pahlawan Kemerdekaan yang berjuang melawan Belanda pada tahun 1825 sampai 1830, yang terkenal dengan Perang Diponegoro. Untuk mengenang jasa-jasanya maka ruang dimana Pangeran Diponegoro berunding dengan Belanda hingga ditangkap tersebut ditetapkan sebagai ruangan museum. Museum Kamar Pangabdian Diponegoro berlokasi di dalam komplek Kantor Pembantu Gubernur Wilayah Kedu, menempati salah satu ruangan/ kantor dinas Residenan/ Pembantu Gubernur.
Lokasi museum ini terletak di Jalan Diponegoro No.1 Magelang. Bangunan Museum tersebut bergaya arsitektur Klasik Eropa. Jenis museum kamar pengabdian Diponegoro ini khusus bersifat memorial, karena bangunan/ ruangan pameran merupakan bekas tempat di mana Pangeran Diponegoro melakukan perundingan dengan Jenderal De Kock, sedangkan koleksinya merupakan benda-benda peninggalan Pangeran Diponegoro antara lain.
  • Meja kursi bekas kemarahan beliau berupa guratan kuku
  • Jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35 m terbuat dari kain shantung
  • 7 buah cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran beliau
  • Balai-balai tempat sembahyang
  • Sebuah Kitab Takrib.
Document